Ekspedisi Kopi Rangkasbitung dan Ekspansi Belanda

Diposting pada

Kopi yang kita biasa minum saat ini ternyata memiliki perjalanan yang panjang dibaliknya, khususnya untuk masyarakat Provinsi Banten yang dulunya memiliki tempat produksi kopi. Mari kita bahas!

Oleh Abdul Malik Ridwan

Edward Douwes Dekker, Asisten Residen Lebak-Rangkasbitung (1856). (Sumber: historia.id)

 

Komoditas rempah-rempah seperti pala dan cengkeh yang biasanya diperoleh dari Malaka mulai menurun dan kurang dikenal di benua Eropa pada akhir abad XVII. Dengan kondisi tersebut Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) memutuskan untuk menanam biji kopi di daerah jajahannya, termasuk di Jawa.

Bibit kopi pertama kali dibawa ke Jawa dari Malabar, India Selatan, pada akhir abad XVII dan budidaya dimulai pada awal abad XVIII. Segenggam pertama biji kopi yang dipanen di Jawa dikirim ke de Heeren Zeventien (tujuh belas tuan VOC) di Belanda pada tahun 1706. Kopi yang berhasil dipanen adalah jenis Robusta.

Varietas kopi arabika adalah jenis kopi lain yang ditanam di Jawa. Varietas kopi ini populer karena memiliki rasa yang seimbang. Keasamannya sedang dan tidak terlalu kuat, serta aromanya ringan dan pedas. Karena biji kopi Jawa umumnya diproduksi dengan proses basah, maka tidak sekuat yang diproduksi di Sumatra dan Sulawesi. Banten yang diuntungkan oleh keunggulan geografis dan juga dikelola oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda membudidayakan kopi dengan menggunakan benih yang sama dengan pulau Jawa lainnya dan areal penanamannya khusus di Rangkasbitung, Lebak, Provinsi Banten.

Asal-usul Kopi

Tanaman kopi didatangkan dari India Selatan dan kemudian dibawa ke Hindia Belanda pada tahun 1707. Gubernur jenderal Hindia Belanda membagikan biji kopi kepada para penguasa di pantai utara Pulau Jawa dari Batavia hingga Cirebon. Namun, biji kopi tersebut sulit berkembang karena wilayah pesisir termasuk dataran rendah. Percobaan pemindahan pertama kali bibit kopi ke daerah wilayah perbukitan Karawang lalu ke daerah dataran tinggi lainnya sehingga menghasilkan perkembangan yang signifikan dan budidaya kopi tersebut berjalan cukup baik.Pada tahun 1711bupati Cianjur yang pertama menyetor hasil seratus pon ke VOC dengan harga sekitar 50 gulden per pikul. Di tempat lain, para bupati mengupayakan pembudidayaan biji kopi tersebut. Budidaya kopi ini menyebar dengan cepat terutama di dataran tinggi Priangan dan menjadi ekspor utama di Jawa pada awal hingga pertengahan abad ke-XIX. Pemerintah Kolonial Hindi Belanda telah menjadi distributor utama produk kolonial baru ini, memproduksi setengah sampai seperempat dari kopi dunia. (G.J) Knaap 1986:34).

Tanam Paksa

Pada pertengahan abad ke-19, Sistem Tanam Paksa yang dikenal dengan istilah (cultuurstestel) diberlakukan di daerah Lebak. Penguasa Lebak saat itu memerintah selama 30 tahun. Namun, dia menghadapi kesulitan keuangan yang serius karena biaya keuangan rumah tangganya melebihi pendapatannya. Akibatnya, bupati Lebak hanya bisa mengandalkan pendapatan dari kerja paksa yang merupakan kewajiban tradisional warga kabupaten. Eduard Douwes Dekker menemukan bahwa kerja paksa yang dibebankan melewati batas dan bahkan mengalami pemerasan oleh para pemimpin dan pejabat Lebak yang meminta beras dan ternak kepada masyarakat. Eduard Douwes Dekker baru sekitar sebulan berada di Lebak ketika hal itu terjadi.

Douwes Dekker kemudian melakukan penelitian tentang kasus tersebut dan juga melaporkannya kepada Gubernur Jenderal A.J. Duymaer van Twist. ia mendapat teguran yang cukup keras sehingga mengalami frustasi. Lantas Eduard mengajukan pengunduran diri untuk pulang ke Belanda dengan membawa beberapa manuskrip dan naskah lakon lalu memulai tulisannya yang terkenal yaitu Max Havelar yang menceritakan bagaimana penderitaan yang dirasakan masyarakat Lebak karena Sistem Tanam Paksa ini.

Macam-Macam Produk Kopi Rangkasbitung

Beragam jenis kopi yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda salah satunya yang ada di Jawa adalah jenis kopi arabica. Hal ini ternyata banyak membuat keuntungan bagi segi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat, berikut ini ada 3 contoh produk kopi Rangkasbitung beserta dengan penjelasannya:

1.Kopi Kupu-Kupu

Kopi ini diproduksi oleh PT Laris Rangkas Sejahtera yang memiliki ciri kemasan berwarna kuning dan logo kupu-kupu. Produk ini banyak digemari masyarakat karena harganya yang terbilang murah. Hanya dengan 500 rupiah sudah bisa mendapatkan 1 sachet kopi Meskipun kopi ini memiliki harga yang sangat murah, kopi ini memiliki aroma yang khas dan rasa yang lebih kuat dibandingkan kopi lainnya.

2. Kopi Gadjah

Kopi Gadjah berbeda dari pada produk kopi lainnya karena tempat produksinya jauh dari tempat awal bibit kopi ini didapatkan yaitu di Kudus oleh PT Sumber Kopi Prima. Kopi yang berlogo gajah ini memiliki kemasan yang lebih modern dengan gula yang dikemas secara terpisah. Aroma rasa yang dimilikinya sangat kuat namun memiliki rasa yang cenderung hambar.

3. Kopi Cap Oplet

Kopi ini diproduksi oleh PT Bogor Japutra Jaya di wilayah Bogor, Jawa Barat. Kopi dengan kemasan sachet berwarna coklat ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Rangkasbitung khususnya kalangan lansia karena rasanya yang pahit namun memiliki aroma yang lebih ringan.

Produk Kopi Dari Rangkasbitung (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.